Pertumbuhan Perekonomian Kalsel Mengembirakan

Written By Admin on Rabu, 14 Desember 2011 | 05.08

PERTUMBUHAN perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 sangat menggembirakan, hal itu terlihat hingga triwulan III yang mencapai 6,30 persen, hal itu menunjukan sejumlah program dan kebijakan kerja ekonomi yang disusun telah membuahkan hasil.

Pertumbuhan perekonomian di Kalsel tahun 2011 ini juga terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 lalu, aneka program dan kebijakan Gubernur H Rudy Ariffin dan Wakil Gubernur H Rudy Resnawan, secara nyata telah membuahkan hasil yang gemilang.
Setidaknya kemajuan pada pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dari angka-angka yang telah dilansir lembaga-lembaga resmi, seperti Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan data BI Banjarmasin angka pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan III-2011 mencapai 6,30 persen, artinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2010 sebesar 6,15 persen.
Untuk pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011, Bank Indonesia memprediksi lebih tinggi dari triwulan III, yaitu sebesar 6,34 persen.
Dengan demikian, secara kumulatif (Januari-Desember) angka pertumbuhan ekonomi di Kalsel sepanjang tahun 2011 ini diperkirakan mencapai 6,34 persen.
Adapun pendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel tersebut disebabkan karena semakin membaiknya produktivitas pertambangan batubara. Selain karena dukungan cuaca, regulasi yang dijalankan Pemprov Kalsel juga membuat kondusif iklim bisnis pertambangan ini.
Faktor pendorong peningkatan pertumbuhan juga disebabkan meningkatnya sektor perdagangan, seiring tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Faktor penting lainnya adalah panen padi beras lokal yang secara signifikan mendorong pertumbuhan di sektor pertanian.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel, produksi pada di Kalsel hingga September (triwulan III) mencapai 2,001 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat dari tahun 2011 sekitar 8 persen.
Peningkatan produksi padi di Kalsel tahun 2011 itu, disebabkan terjadinya perluasan areal tanaman terutama di lahan lebak, karena panjangnya musim kemarau tahun ini dan juga disebabkan meningkatnya produktivitas padi di daerah ini.
Gubernur Kalsel, H Rudy Ariffin mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Kalsel yang menggembirakan tahun 2011 ini harus dipertahankan. Antisipasi terhadap ancaman pertumbuhan tersebut, sedini mungkin harus dilakukan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel tahun 2011 ini, kata Rudy Ariffin, tidak terlepas dari semakin kondusifnya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat sehingga membuka peluang masuknya investor mengembangkan usahanya di daerah ini.
"Saya berharap seluruh lapisan masyarakat hendaknya mampu mempertahankan situasi yang kondusif agar memberikan rasa aman kepada para investor untuk berusaha di daerah ini," ujarnya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Kalsel itu terlihat dari meningkatkan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) yang masih didominasi sektor pertanian mencapai 21 persen dan sektor pertambangan dan penggalian juga sekitar 21 persen.
Namun demikian, kata Rudy, untuk sektor pertambangan itu hanya sebagian kecil masyarakat di daerah ini yanng menikmati, tetapi di sektor pertanian dinikmati oleh sekitar 41 persen penduduk di daerah ini, mengingat Kalsel bekerja di sektor pertanian.
Karena itu, kata Rudy, pihaknya memberikan perhatian khusus terhadap sektor pertanian, mengingat apabila terjadi kegagalan di sektor pertanian akan berdampak yang sangat fatal bagi pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
PDRB Kalsel juga disumbang sektor industri pengelolaan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, PHR (Pajak Hotel dan Restoran), angkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa.
Selain sektor pertanian dan pertambangan, kata Rudy, pertumbuhan ekonomi Kalsel juga terjadinya peningkatan realisasi belanja modal oleh Pemerintah Daerah.
Adapun ancaman pertumbuhan ekonomi di Kalsel dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, adanya perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa yang kemungkinan berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Dampaknya pasti dirasakan perekonomian regional di Kalsel.
Faktor lain, dampak gejolak ekonomi dan keuangan global labih banyak terasa di pasar keuangan dan belum terlihat di sektor riil. Gejolak ini diperkirakan baru akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2012 mendatang. Pertumbuhan ekonomi diprediksi melambat.
Dampak lainnya adalah, dalam tiga bulan terakhir, nilai rupiah terus melemah terhadap Dolar Amerika. Pada Agustus 2011 lalu misalnya, kurs tengah Rupiah terhadap Dolar Amerika sebesar Rp8.532 dan pada bulan Oktober Rp8.895.
Sementara itu, angka menggembirakan pada sisi pertumbuhan ekonomi Kalsel 2011 diimbangi pula dengan nilai inflasi yang cukup stabil.
Inflasi di Kalsel pada akhir tahun 2011, berdasarkan prediksi Bank Indonesia berada pada kisaran 4,13 persen. Inflasi ini jauh lebih rendah dibandingkan kondisi pada tahun 2010.
Jika dibandingkan dengan angka inflasi Kalimantan sebesar 6,33 persen, Kalsel jauh lebih rendah. Begitu pula jika dilihat angka inflasi nasional sebesar 4,42 persen, Kalsel juga lebih baik.
Angka inflasi yang cukup menggembirakan tersebut disebabkan beberapa faktor. Yaitu, masa panen padi yang lebih panjang serta produksi padi yang meningkat, sehingga harga beras di Kalsel cenderung mengalami penurunan.
Kemudian, pergerakan harga komoditas emas perhiasan yang sempat mengalami kenaikan kembali normal, bahkan cenderung menurun pada akhir tahun 2011 ini.
Faktor berikutnya adalah, kondusifnya cuaca yang terjadi sepanjang tahun, sehingga memastikan terjaganya produksi bumbu-bumbuan dan sayur-mayur, sehingga tidak terjadi lonjakan harga komoditas yang ekstrim, seperti terjadi tahun 2010.
Walau demikian, nilai inflasi tersebut tak menutup kemungkinan terdongkrak naik lagi, karena beberapa penyebab. Diantaranya, meningkatnya ekspektasi masyarakat di akhir tahun, karena sudah tersebarnya rencana kenaikan tarif PDAM, cukai rokok, UMP serta antrean solar yang kembali muncul.
Penyebab lainnya, ada kemungkinan terjadi hambatan pasokan aneka produk dan barang dari luar Kalimantan karena gelombang tinggi yang biasanya muncul pada akhir tahun.
Kondisi perbankan, terjadinya realisasi kredit terutama bersumber dari kredit modal kerja dan investasi, khususnya di sektor pertanian, perdagangan dan pengangkutan.
Kredit produktif mencapai Rp12,5 triliun, atau tumbuh meningkat menjadi 26,30 persen atau meningkat dari triwulan II yang hanya sekitar 21,03 persen.
Sementara itu, kredit konsumtif mencapai Rp7,5 triliun, atau tumbuh melambat dari triwulan II yang mencapai 20,25 persen menjadi 19,48 persen.
Kemudian, kredit macet (NPL) mencapai 3,06 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,31 NPL di sektor pertambangan, jasa dunia usaha, konstruksi dan konsumsi.
Sedangkan kredit untuk debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp7,15 triliun atau tumbuh sekitar 51,43 persen sehingga pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum menjadi 35,78 persen.
Sementara Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kalsel berdasarkan data Menko Perekonomian hingga September 2011 tercatat sejumlah debitur mencapai 102.475 debitur atau tumbuh 33,01 persen dan plafon mencapai Rp1,49 triliun atau tumbuh 38,93 persen.
(Sumber : Mata Banua )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar