PERTUMBUHAN perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2011 sangat menggembirakan, hal itu terlihat hingga triwulan III
yang mencapai 6,30 persen, hal itu menunjukan sejumlah program dan
kebijakan kerja ekonomi yang disusun telah membuahkan hasil.
Pertumbuhan perekonomian di Kalsel tahun 2011 ini juga terus
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 lalu, aneka program
dan kebijakan Gubernur H Rudy Ariffin dan Wakil Gubernur H Rudy
Resnawan, secara nyata telah membuahkan hasil yang gemilang.
Setidaknya kemajuan pada pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat
dari angka-angka yang telah dilansir lembaga-lembaga resmi, seperti Bank
Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan data BI Banjarmasin angka pertumbuhan ekonomi Kalsel pada
triwulan III-2011 mencapai 6,30 persen, artinya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2010 sebesar 6,15
persen.
Untuk pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011, Bank Indonesia
memprediksi lebih tinggi dari triwulan III, yaitu sebesar 6,34 persen.
Dengan demikian, secara kumulatif (Januari-Desember) angka
pertumbuhan ekonomi di Kalsel sepanjang tahun 2011 ini diperkirakan
mencapai 6,34 persen.
Adapun pendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel tersebut disebabkan
karena semakin membaiknya produktivitas pertambangan batubara. Selain
karena dukungan cuaca, regulasi yang dijalankan Pemprov Kalsel juga
membuat kondusif iklim bisnis pertambangan ini.
Faktor pendorong peningkatan pertumbuhan juga disebabkan meningkatnya
sektor perdagangan, seiring tingginya tingkat konsumsi masyarakat.
Faktor penting lainnya adalah panen padi beras lokal yang secara
signifikan mendorong pertumbuhan di sektor pertanian.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel,
produksi pada di Kalsel hingga September (triwulan III) mencapai 2,001
juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat dari tahun 2011
sekitar 8 persen.
Peningkatan produksi padi di Kalsel tahun 2011 itu, disebabkan
terjadinya perluasan areal tanaman terutama di lahan lebak, karena
panjangnya musim kemarau tahun ini dan juga disebabkan meningkatnya
produktivitas padi di daerah ini.
Gubernur Kalsel, H Rudy Ariffin mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi
Kalsel yang menggembirakan tahun 2011 ini harus dipertahankan.
Antisipasi terhadap ancaman pertumbuhan tersebut, sedini mungkin harus
dilakukan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel tahun 2011 ini, kata Rudy
Ariffin, tidak terlepas dari semakin kondusifnya situasi keamanan dan
ketertiban masyarakat sehingga membuka peluang masuknya investor
mengembangkan usahanya di daerah ini.
"Saya berharap seluruh lapisan masyarakat hendaknya mampu
mempertahankan situasi yang kondusif agar memberikan rasa aman kepada
para investor untuk berusaha di daerah ini," ujarnya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Kalsel itu terlihat dari
meningkatkan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) yang masih
didominasi sektor pertanian mencapai 21 persen dan sektor pertambangan
dan penggalian juga sekitar 21 persen.
Namun demikian, kata Rudy, untuk sektor pertambangan itu hanya
sebagian kecil masyarakat di daerah ini yanng menikmati, tetapi di
sektor pertanian dinikmati oleh sekitar 41 persen penduduk di daerah
ini, mengingat Kalsel bekerja di sektor pertanian.
Karena itu, kata Rudy, pihaknya memberikan perhatian khusus terhadap
sektor pertanian, mengingat apabila terjadi kegagalan di sektor
pertanian akan berdampak yang sangat fatal bagi pertumbuhan ekonomi di
daerah ini.
PDRB Kalsel juga disumbang sektor industri pengelolaan, listrik, gas
dan air bersih, bangunan, PHR (Pajak Hotel dan Restoran), angkutan dan
komunikasi, keuangan dan jasa-jasa.
Selain sektor pertanian dan pertambangan, kata Rudy, pertumbuhan
ekonomi Kalsel juga terjadinya peningkatan realisasi belanja modal oleh
Pemerintah Daerah.
Adapun ancaman pertumbuhan ekonomi di Kalsel dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain, adanya perlambatan ekonomi global dan
berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa yang kemungkinan berpengaruh
terhadap perekonomian nasional. Dampaknya pasti dirasakan perekonomian
regional di Kalsel.
Faktor lain, dampak gejolak ekonomi dan keuangan global labih banyak
terasa di pasar keuangan dan belum terlihat di sektor riil. Gejolak ini
diperkirakan baru akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi domestik
pada tahun 2012 mendatang. Pertumbuhan ekonomi diprediksi melambat.
Dampak lainnya adalah, dalam tiga bulan terakhir, nilai rupiah terus
melemah terhadap Dolar Amerika. Pada Agustus 2011 lalu misalnya, kurs
tengah Rupiah terhadap Dolar Amerika sebesar Rp8.532 dan pada bulan
Oktober Rp8.895.
Sementara itu, angka menggembirakan pada sisi pertumbuhan ekonomi
Kalsel 2011 diimbangi pula dengan nilai inflasi yang cukup stabil.
Inflasi di Kalsel pada akhir tahun 2011, berdasarkan prediksi Bank
Indonesia berada pada kisaran 4,13 persen. Inflasi ini jauh lebih rendah
dibandingkan kondisi pada tahun 2010.
Jika dibandingkan dengan angka inflasi Kalimantan sebesar 6,33
persen, Kalsel jauh lebih rendah. Begitu pula jika dilihat angka inflasi
nasional sebesar 4,42 persen, Kalsel juga lebih baik.
Angka inflasi yang cukup menggembirakan tersebut disebabkan beberapa
faktor. Yaitu, masa panen padi yang lebih panjang serta produksi padi
yang meningkat, sehingga harga beras di Kalsel cenderung mengalami
penurunan.
Kemudian, pergerakan harga komoditas emas perhiasan yang sempat
mengalami kenaikan kembali normal, bahkan cenderung menurun pada akhir
tahun 2011 ini.
Faktor berikutnya adalah, kondusifnya cuaca yang terjadi sepanjang
tahun, sehingga memastikan terjaganya produksi bumbu-bumbuan dan
sayur-mayur, sehingga tidak terjadi lonjakan harga komoditas yang
ekstrim, seperti terjadi tahun 2010.
Walau demikian, nilai inflasi tersebut tak menutup kemungkinan
terdongkrak naik lagi, karena beberapa penyebab. Diantaranya,
meningkatnya ekspektasi masyarakat di akhir tahun, karena sudah
tersebarnya rencana kenaikan tarif PDAM, cukai rokok, UMP serta antrean
solar yang kembali muncul.
Penyebab lainnya, ada kemungkinan terjadi hambatan pasokan aneka
produk dan barang dari luar Kalimantan karena gelombang tinggi yang
biasanya muncul pada akhir tahun.
Kondisi perbankan, terjadinya realisasi kredit terutama bersumber
dari kredit modal kerja dan investasi, khususnya di sektor pertanian,
perdagangan dan pengangkutan.
Kredit produktif mencapai Rp12,5 triliun, atau tumbuh meningkat
menjadi 26,30 persen atau meningkat dari triwulan II yang hanya sekitar
21,03 persen.
Sementara itu, kredit konsumtif mencapai Rp7,5 triliun, atau tumbuh
melambat dari triwulan II yang mencapai 20,25 persen menjadi 19,48
persen.
Kemudian, kredit macet (NPL) mencapai 3,06 persen atau lebih rendah
dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,31 NPL di sektor pertambangan,
jasa dunia usaha, konstruksi dan konsumsi.
Sedangkan kredit untuk debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
sebesar Rp7,15 triliun atau tumbuh sekitar 51,43 persen sehingga pangsa
kredit UMKM terhadap total kredit bank umum menjadi 35,78 persen.
Sementara Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kalsel berdasarkan data Menko
Perekonomian hingga September 2011 tercatat sejumlah debitur mencapai
102.475 debitur atau tumbuh 33,01 persen dan plafon mencapai Rp1,49
triliun atau tumbuh 38,93 persen.
(Sumber : Mata Banua )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar